Berkat Songket, Perempuan Desa Ini Wakili Indonesia ke Belgia



Dona Pengusaha Songket wakili Indonesia ke Belgia (rni)

WikiBisnis.com - Berkat usaha  songket Silungkang  yang diakrabinya sejak kecil, Anita Dona Asri (30)  seorang Wanita lajang warga desa Lunto Barat mendapat undangan mempromosikan projek  songketnya mewakili Indonesia dalam ajang  Europe Development Day (EDD) di Brussel Belgia pada 7-8 Juni mendatang.

Kehadiran Wanita muda  pengusaha yang akrab disapa Dona  di Belgia akan mengukir kembali tinta emas gemilang sejarah songket Silungkang. Karena ini adalah kedua kalinya  pengusaha Songket Silungkang diundang  pada pameran Internasional di Belgia, setelah sebelumnya di tahun 1910 seorang pengrajin bernama Ande  Baensyah.
Dona mengaku undangan dari EDD untuk mewakili pengusaha perempuan muda Indonesia ke Belgia, berawal saat ia mengikuti seleksi melalui LP2M, dibawah naungan  Asosiasi Perempuan Pengusaha Kecil Indoneisa (ASPUK).  Ia masuk sebagai  12  finalis se-Indonesia dan satu-satunya dari pulau Sumatera. Dan pada seleksi berikutnya ia  kembali terpilih sebagai 2 orang pengusaha yang akan hadir untuk ekspose di EDD Brussel bersama seorang pengusaha asal Lombok.
Europe Development Day  atau Hari Pembangunan Eropa adalah forum kerjasama pembangunan Internasional yang terkemuka di eropa. Forum internasional ini bertujuan untuk mendorong  terjadinya strategi global dalam  mengatasi  masalah kemiskinan dunia. Pada forum tersebut diundang tokoh-tokoh yang terlibat dalam sector swasta yang memiliki komitmen dalam penanggulangan kemiskinan dari seluruh dunia.
Kesempatan Dona diundang dalam forum EDD ini tak terlepas dari kerja kerasnya mengembangkan songket Silungkang.  Perempuan mandiri ini telah akrab dengan songket sejak kecil. Ia mengaku sejak kelas 3 SD sudah mulai belajar bertenun dan  membantu kedua orangtuanya Almarhum Syamsamir Rajo Alam dan Nuryati yang merupakan pengusaha tenun songket Silungkang.
Bahkan ketika menempuh pendidikan di Universitas Negeri Padang (UNP) ia  bertekad membiayai sendiri kuliahnya hingga tamat dengan bertenun. Dona mengaku saat kuliah ia membawa 1 set ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) ke rumah kosnya di Padang dan berjibaku mengisi waktu luangnya dengan bertenun.
“Minimal  saya harus menyelesaikan satu helai songket setiap minggu  dan dijual kepada pengusaha di Silungkang untuk biaya perkuliahan satu pekan kedepan. Jika tidak, tidak ada biaya untuk kuliah” ujar perempuan gigih yang berhasil meraih gelar Sarjana Pendidikan di tahun 2010 .
Dona mengatakan dari hasil bertenun disaat kuliah, ia mendapatkan penghasilan sekitar 150 ribu rupiah perminggu untk membiayai hidupnya. Dan untuk menjualnya ia harus bolak balik Padang-Sawahlunto setiap pekan.
Setelah mendapat gelar Sarjana, ia sempat mencoba bekerja mengajar sebagai guru, namun hatinya terlanjur terpaut dengan songket. Ia lebih menikmati hidup  dengan usaha songket dan akhirnya pada tahun 2014 ia memilih jalan hidup membangun usaha  sendiri dengan bendera usaha  Dolas  Songket.
“Saya ingin membangun usaha sendiri  dan memajukan kembali nama Dolas Songket yang dulu dibangun oleh orangtuanya dan sempat berhenti beroperasi karena krisis ekonomi” ujar Dona.
Ditanya tentang cita-citanya menjadi guru, ia mengatakan bahwa dengan menjadi pengusaha ia sekaligus menikmati profesi sebagai guru, karena untuk membangun usahanya ia harus mengajarkan keterampilan bertenun kepada orang-orang yang ingin menggelutinya.
Selain menularkan  keterampilan bertenun secara sukarela kepada masyarakat di sekitarnya, Dona juga bekerja sebagai instruktur pelatihan bertenun yang diselenggarakaan Dinas Perindustrian Koperasi Dan UKM Kota Sawahlunto. Ia mengaku tak sempat menghitung  jumlah pengrajin yang telah belajar bertenun darinya.
Selain mengajarkan ilmu bertenun, Ia juga  membantu pengrajin dalam memasarkan produksinya dibawah bendera usaha Dolas Songket. Selain mempromosikan usaha  lewat berbagai  pameran, Dona juga memanfaatkan media social untuk pengembangan pemasaran.
Mengembangkan usahanya, saat ini Dona tengah berkreasi memanfaatkan bahan-bahan alam untuk pewarnaan alami kain.  Ia mengaku kain tenun dengan pewarnaan alami ini selain harga jualnya jauh lebih baik juga mendapat tempat tersendiri di masyarakat.
Muda dan optimis, Dona menyimpan mimpi untuk mengangkat songket Silungkang di dunia Fashion nasional  dengan bekerjasama dengan desainer-desainer terkenal.  “Saya tahu ini tidak mudah, untuk mendekati dan dilirik oleh desainer-desainer tersebut, tentu saya harus memiliki ‘sesuatu’” ujar Dona yang ingin  mencari jalan masuk ke dunia fashion. (rni)

loading...

Related

Bisnis 1867566984138711465

Post a Comment

emo-but-icon

Ik Gambar untuk lokasi

Translate


Terkini

Comments


Tip dan Trik

loading...
item