Latih IRT Sebagai Fashion Designer, Yayasan BAS Juga Persiapkan Strategi Pemasaran Produk
Pelatihan Fashion Designer di Yayasan Berkah Amal Salih (foto BAS) |
PADANG - Sebanyak 18 orang yang sebagian besar kaum ibu mengikuti pelatihan Fashion Designer (Perancang Busana) di Dapur Al Salih, Sekretariat Yayasan Berkah Amal Salih (BAS), Kelurahan Banuaran Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada Kamis (26/1/2023).
Selain gratis, berbagai perlengkapan pelatihan juga disediakan oleh Yayasan BAS. "Meteran, Rol pola sepasang, Gunting kertas, Gunting kain, Benang, Kain untuk gamis atau daster, Resleting dan pensil 2 warna disediakan Penasehat JBB Amal Salih, Pak Junaidi. Sementara koran disediakan oleh Tabloid The Public," ujar Ketua Yayasan BAS, Zetri Murni, SS disela-sela pelatihan.
Zetri Murni menambahkan kegiatan pelatihan ini ditargetkan tuntas 15 hari jelang Idul Fitri. "Kita ingin para peserta sudah bisa menjahit pakaian untuk kebutuhan lebaran. Kegiatan ini tidak hanya sekedar merancang dan menjahit busana saja. Lebih dari itu, kita juga akan mengkaji pola dan sistem pemasaran. Baik online maupun online," ujarnya.
Zetri Murni bersyukur Rahma, seorang designer pemilik Brand Erpeha dan Erawati pemilik Brand Sheera Collection yang juga Kepala SMPN 39 Padang ini bersedia berbagi ilmu dengan peserta pelatihan.
Penasehat JBB Amal Salih, Junaidi berharap kegiatan pelatihan ini nantinya berdaya guna dan berhasil guna. Mereka diharapkan memiliki kemampuan merancang pola dan menciptakan pakaian yang bernilai ekonomi.
"Kita akan tambah lagi, berbagai perlengkapan dan bahan yang dibutuh. Kita nanti akan sediakan kain untuk praktek. Mudah-mudahan hasil praktek itu akan dijadikan pakaian seragam," ujarnya sambil mengambil dokumen pelatihan.
Koordinator JBB Amal Salih Herwaty Taher menjelaskan ide pelatihan perancang busana ini berawal dari tawaran Erawati dan Rahmah saat diundang sebagai motivator orang tua yang menghadiri JBB Amal Salih di Akhir Desember 2022.
"Ternyata tawaran itu mendapat tanggapan positif. Sebagian besar mereka yang berkeinginan untuk ikut pelatihan menjahit. Akhirnya, semua terkabul," ujar Herwaty yang juga Sekretaris Yayasan BAS.
Sementara Pembina Yayasan BAS Saribulih dalam sambutannya mengharapkan para peserta mampu merancang busana secara profesional. Apalagi, program ini dirancang dari hulu ke hilir.
"Kita berharap ke 18 orang yang hadir ini sebagai fashion designer, bukan jadi anak jahit. Target kita bukan hanya sekedar bisa menjahit. Lebih dari itu, produk yang dihasilkan memiliki pangsa pasar. Oleh sebab itu, kita akan melakukan penetrasi pasar baik secara online maupun offline," ujar Saribulih.
"Di yayasan ini kita akan ciptakan galeri untuk penjualan offline. Selain itu, kita juga akan buat aplikasi untuk bisnis startup. Juga memanfaatkan startup yang telah ada. Pelatihan ini juga kita targetkan sudah selesai 15 hari sebelum idul Fitri, guna memanfaatkan momentum tingginya daya beli masyarakat," ujar praktisi pendidikan dengan background Manajemen Pemasaran ini.
Nada optimis juga disampaikan para instruktur pelatihan, Erawati, M.Pd. Kandidat Doktor Ilmu Pendidikan ini merasa yakin program yang telah dirancang Yayasan BAS akan menjadi kenyataan.
"Melihat antusias peserta, saya berkeyakinan ini akan terealisasi. Apalagi, mereka sangat bersemangat sekali mengikuti pelatihan. Tak ada yang mengeluh dan tanpa disadari, waktu 3,5 jam terasa pendek," ujarnya.
Rahma menjelaskan pembuatan pola belakang ini memang butuh waktu agak lama. "Alhamdulillah, ini selesai dalam satu kali pertemuan. Untuk pertemuan Kamis depan, kita lanjutkan dengan pembuatan pola depan dan lengan," ujarnya. (*)